Halaman

Senin, 19 Maret 2012

UPACARA ADAT MAPPANRETASI



Mappanretasi adalah sebuah upacara adat Suku Bugis di Pantai Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Mappanretasi sering di sebut juga dengan pesta pantai. Mappanretasi berasal dari bahasa bugis yang terdiri dari dua kata yaitu mappanre dan tasi. Mappanre artinya memberi makan sedangkan tasi artinya laut. Jadi, mappanretasi artinya memberi makan laut. Upacara ini dilaksanakan secara turun temurun oleh masyarakat setempat setiap tahunnya.
Mappanretasi dilaksanakan selama tiga minggu dibulan april. Pada acara puncaknya akan dimeriahkan oleh kapal-kapal nelayan berhiasan menuju ke tengah laut. Selain itu, selama hampir tiga minggu, kota Pagatan setiap sore dan malamnya sejak dibuka hingga ditutupnya pesta adat nelayan pagatan terdapat pasar malam.
Agenda wisata tahunan ini bertujuan untuk member makan laut sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hasil laut yang melimpah.
Para nelayan suku bugis yang tinggal dipesisir pantai pagatan, Tanah Bumbu menggelar upacara mappanretasi atau pesta pantai dengan cara menghanyutkan sesajen sebagai wujud syukur atas hasil laut. Sesajen tersebut berupa sesisir pisang barengseng, nasi ketan warna hitam, putih, kuning dan merah jambu, juga dilengkapi dengan ayam panggang dan pisang raja.

Sesajen tersebut mengiring ayam berwarna hitam yang dibawa naik kapal nelayan yang telah disiapkan pemimpin upacara selamatan laut atau yang biasa disebut sandro. Sandro merupakan gelar yang diperoleh secara turun temurun yang diperoleh melalui titisan leluhurnya yang tidak dapat diambil oleh orang lain. Sandro mappanretasi didampingi 12 pengiring atau dayang yang terdiri dari 6 orang perempuan dan 6 orang laki-laki yang telah menunggu diatas kapal nelayan tersebut. Sandro yang mengenakan kopiah bugis Bone dan mengenakan pakaian adat bugis yang serba kuning memberikan aba-aba agar kapal bertolak dari pantai menuju ketitik tengah lautyang telah ditentukan oleh sandro. Malam sebelum prosesi selamatan laut dilaksanakan, sandro turun ke laut melakukan survei pendahuluan untuk menentukan titik kordinat posisi yang tepat untuk selamatan laut tersebut. Menentukan titik sakral ditengah laut tidaklah mudah, ibarat mengirim surat, kalau alamatnya kurang jelas, maka surat tersebut tidak akan sampai. Menemukan titik ini harus  dengan menggunakan kontak batin ke alam gaib yang hanya dilakukan oleh sandro. Setelah kapal sampai ketitik yang telah ditentukan  ratusan kapal nelayan akan terlihat mengelilingi kapal yang ditumpangi sandro untuk mengikuti pembacaan doa selamatan laut. Usai pembacaan doa oleh sandro, ayam hitam yang telah disiapkan langsung dipotong dan dilepas ke laut. Begitu pula sesajen yang telah disiapkan juga dilepas. Pesta rakyat ini bermakna sebagai bentuk kegiatan pesta rakyat atas ungkapan rasa syukur karena keberhasilan nelayan menangkap ikan di laut setiap tahunnya.
Menurut sejarah, pada abad 17 datanglah hartawan dari tanah bugis tepatnya dari kerajaan Wajo, Sulawesi Selatan, yang bernama Puanna Dekke’ menghadap raja Banjar untuk diizinkan mendirikan pemukiman di Pagatan, Tanah Bumbu. Atas seizing raja Banjar maka dibukalah pemukiman sebagai tanah air baru bagi imigran suku bugis. Sebagian besar orang bugis pagatan bermata pencaharian sebagai nelayan. Berkat hasil laut yang melimpah sebagai wujud syukur atas rezeki selama ini, masyarakat bugis yang mayoritas nelayan melakukan upacara adat , yang kita kenal dengan nama mappanretasi.
Karena pemikiran, gagasan, atau ide-ide dari masyarakat bugis inilah upacara ini terwujud, dan menjadi aktivitas rutin setiap tahunnya yang tidak pernah hilang seiring perkembangan zaman yang semakin moderen. Acara inipun menjadi ikon di Tanah Bumbu dan objek kunjungan wisata baik itu wisatawan lokal maupun asing.


  •               WUJUD KEBUDAYAAN DALAM UPACARA ADAT MAPPANRETASI
Menurut pandangan koentjaraningrat, kebudayaan itu paling sedikit memiliki tiga wujud, yaitu :
a.     Keseluruhan ide, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang berfungsi mengatur, mengendalikan, dan memberi arah pada kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat yang disebut “adat tata kelakuan”.
b.     Keseluruhan aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, yang disebut “sistem sosial”. Sistem sosial terdiri dari rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat yang selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan, misalnya gotong-royong atau kerja sama.
c.      Benda-benda hasil karya manusia yang disebut “kebudayaan fisik”, misalnya pabrik baja, Candi Borobudur, pesawat udara, komputer, atau kain batik.
Upacara adat ini terbentuk karena pemikiran, gagasan atau ide-ide yang bertujuan untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Aktivitasnya dapat dilihat pada rutinitas upacara adat yang digelar setiap tahun, selain menjadi acara adat, upacara ini juga memberikan keuntungan untuk orang-orang disana dalam hal ekonomi seperti pedagand dan keuntungan kepada pengunjung dengan suguhan panorama pantai yang indah. Dan bentuk kebudayaan dari acara ini adalah upacara mappanretasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar